Banyak pengertian tentang variabel penelitian, dari yang umum sampai yang khusus. Namun dari sudut penelitian makna variabel penelitian menurut Sutrisno Hadi(2002) adalah:
- Segala sesuatu yang menjadi obyek penelitian.
- Semua fakta yang dapat ditunjukkan dalam bentuk variasi, baik mengenai variabel deskrit (jenis), maupun variabel kontinyu (tingkat besar-kecil).
- Lambang dari segala sesuatu yang dapat diberi atribut bilangan tertentu.
Hipotesis Penelitian.
Pengertian hipotesis menurut Kerlinger (1983), "a hypothesis is a conjenctural statement of the relation between two or more variables. Menurut Mc. Gour dan Watson (1976), "scientific hypothesis are empirically testable statements derived from a theory". Sedangkan menurut Mauch dan Birch (1983), " the hypothesis is a suggested solution to a problem or the relationship of specified variables. It retains the character of guess until facts are found to confirm or discredit it".
Ciri hipotesis yang baik diantaranya adalah :
a. Harus merupakan dugaan tentang hubungan atau pengaruh dua variabel atau lebih.
b. Melibatkan minimal 2 variabel.
c. Dapat diuji secara empiris.
d. Beranjak dari suatu teori.
Tidak semua penelitian kuantitatif memerlukan hipotesis penelitian. Penelitian kuantitatif yang bersifat eksploratoris dan deskriptif tidak membutuhkan hipotesis. Rumusan hipotesis hendaknya bersifat definitif atau direksional. Artinya, dalam rumusan hipotesis tidak hanya disebutkan adanya hubungan atau perbedaan antarvariabel, melainkan telah ditunjukkan sifat hubungan atau keadaan perbedaan itu.
Dalam penelitian sosial yang sebenarnya, jarang sekali ditemukan fenomena yang dapat diabstraksikan sebagai hipotesis yang hanya terdiri dari dua variabel, sehingga lebih merupakan suatu hubungan (interaksi) banyak variabel, sehingga lebih merupakan hubungan yang multivariat.
Semua hipotesis yang dirumuskan oleh peneliti, baik yang bersifat relasional maupun deskriptif, disebut hipotesis kerja (Hk). Agar dapat diuji secara statistik, diperlukan sesuatu untuk membandingkan hipotesis kerja tadi. Dalam penelitian sosial, pembanding ini biasanya tidak ada, dan karena itu dibuat pembanding secara arbitrer yang berbentuk suatu hipotesis nol (Ho) yang merupakan formulasi terbalik dari hipotesis kerja. Ho inilah yang kemudian diuji. Bila pengujian hipotesis menyimpulkan bahwa Ho ditolak, maka Hk diterima.
Pengukuran Variabel.
Variabel diartikan sebagai sesuatu yang mempunyai variasi nilai. Karakteristik dari suatu variabel yang dikembangkan oleh S.S. Stevens (dalam Masri Singarimbun,1987), dapat dibedakan menjadi 4 tingkatan pengukuran, yaitu:
- Ukuran Nominal, dalam pengukuran ini dasar penggolongan hanyalah kategori yang tidak tumpang tindih (mutually exclusive) dan tuntas (exhaustive). "Angka" yang ditunjuk untuk suatu kategori tidak merefleksikan bagaimana kedudukan kategori tersebut terhadap kategori lainnya, tetapi hanyalah sekadar label atau kode. Misalnya untuk jenis kelamin, diberi kode 1 untuk kategori pria, dan kode 2 untuk wanita. Angka 1 dan 2 tersebut digunakan tidak sebagai nilai, tetapi sekadar kode. Demikian juga untuk agama, dan sebagainya.
- Ukuran Ordinal, yaitu mengurutkan responden dari tingkatan "paling rendah" ke tingkatan "paling tinggi" menurut suatu atribut tertentu tanpa ada petunjuk yang jelas tentang berapa jumlah absolut atribut yang dimiliki masing-masing responden. Jadi ada hirarkis tetapi tidak ada standar mutlak. Misal untuk kelas ekonomi, dipakai ukuran ordinal atas, menengah dan bawah. Kelas bawah dengan kode 1, menengah 2 dan 3 untuk kelas atas. Tetapi kita tidak dapat mengatakan bahwa kelas atas berarti tiga kali lebih kaya dari kelas bawah atau kelas menengah dua kali lebih kaya. Jadi kode tersebut hanya memberikan urutan kelas ekonomi menengah lebih tinggi dari kelas ekonomi bawah, dan kelas ekonomi atas lebih tinggi dari kelas ekonomi menengah. Tingkat ukuran ordinal ini banyak digunakan dalam penelitian sosial, terutama untuk mengukur kepentingan, sikap atau persepsi yang nantinya akan membagi responden ke dalam urutan ranking.
- Ukuran Interval, yaitu ukuran yang tidak semata-mata mengurutkan obyek berdasarkan suatu atribut, tetapi juga memberikan informasi tentang interval antara satu responden (obyek) dengan responden lainnya. Tetapi ukuran ini tidak memberikan informasi tentang jumlah absolut atribut yang dimiliki oleh setiap responden. Dalam skala interval, titik nol dan unit pengukurannya adalah sembarang. Misalnya mengukur Indeks Prestasi (IP) lima orang peneliti, dimana peneliti A mempunyai IP 4, B adalah 3,5, C - 3, D - 2,5 dan E - 2, maka karena nilai IP ini adalah nilai interval, maka tidak dapat dikatakan bahwa peneliti A adalah dua kali lebih pintar dari peneliti E. Angka-angka IP tersebut tidak mengukur kuantitas prestasi, tetapi hanya menunjukkan bagaimana urutan ranking kemampuan akademis kelima peneliti tadi serta interval atau jarak kemampuan akademis antara seorang peneliti dengan peneliti lainnya.
- Ukuran Rasio, yaitu suatu bentuk interval yang jaraknya (interval) tidak dinyatakan sebagai perbedaan nilai antar responden, tetapi antara seorang responden dengan dengan nilai nol absolut, maka perbandingan rasio akan dapat ditentukan. Misalnya berat badan A 60 kg, sedang B 30 kg, maka peneliti dapat menyimpulkan bahwa berat A dua kali lebih berat dari berat B. Karena adanya nilai nol absolut, maka nilai pada skala pengukur adalah jumlah yang senyatanya dari yang diukur. Untuk semua operasi matematik (penambahan, pengurangan, pengalian dan pembagian) dapat diterapkan pada pengukuran rasio ini.
Jenis Variabel.
Variabel dan konsep adalah dua istilah yang erat hubungannya satu sama lain dalam penelitian. Konsep merupakan unsur penelitian yang terpenting dan merupakan definisi yang dipakai oleh para peneliti untuk menggambarkan secara abstrak fenomena sosial ataupun alam. Contohnya, konsep “natalitas”, “migrasi”, “mobilitas” dan lain-lain yang digunakan dalam penelitian kependudukan; konsep “polusi”, “iklim”, “cuaca” dan lain-lain mungkin digunakan dalam penelitian ilmu alam. Variabel, seperti halnya dengan konsep, juga merupakan istilah baku dalam penelitian. Variabel merupakan konsep yang nilainya bervariasi. Dengan demikian suatu konsep yang hanya memiliki satu nilai yang tidak bervariasi bukan variabel. Misalnya “kulit” bukan variabel karena tidak mengandung nilai yang bervariasi. Tetapi konsep “warna kulit” adalah variabel karena memiliki nilai yang bervariasi – “kulit putih”, “kulit hitam”, “kulit sawo matang”- dalam penelitian tentang masalah ras atau kultur.
Hal lain yang perlu diperhatikan ialah bahwa variabel bukan hanya sekedar konsep yang nilainya bervariasi, melainkan juga, dan terutama, konsep yang menjadi pusat perhatian peneliti, yang berubah-ubah atau berbeda-beda nilainya dalam penelitian. Variabel ialah faktor yang perubahan-perubahan atau perbedaan-perbedaannya sedang diteliti. Misalnya : “suhu” dan “curah hujan” mungkin bukan merupakan variabel bagi seorang psikolog yang sedang meneliti intelegensi anak-anak sekolah, namun merupakan variabel penting bagi ahli geografi yang sedang meneliti perkembangan budi daya tanaman.
Di sekeliling peneliti terdapat banyak sekali variabel, oleh karena itu peneliti harus memilih dan menentukan variabel mana yang akan menjadi pusat perhatian dalam penelitiannya. Namun penentuan variabel bukan hanya didasarkan pada keinginan peneliti saja, namun harus didasarkan pada berbagai faktor yang penting dan relevan serta sesuai dengan masalah dan tujuan penelitian, dan juga harus didasarkan pada keahlian profesional peneliti.
Berbagai usaha telah dilakukan untuk mengklasifikan variabel penelitian, namun jenis variabel yang selalu muncul yaitu variabel bebas (independent variables) dan variabel terikat/tergantung (dependent variables). Selain kedua jenis variabel tersebut masih ada variabel kontrol, variabel antara (variables intervening), variabel moderator, dan variabel pengganggu.
Hubungan Antar Variabel.
Penentuan variabel penelitian yang dapat diukur dan perumusan hubungan antara variabel adalah dua langkah yang sangat penting dalam penelitian sosial. Inti penelitian ilmiah adalah mencari hubungan antarvariabel. Hubungan yang paling dasar adalah hubungan antara dua variabel : variabel pengaruh (independent variable) dengan variabel terpengaruh (dependent variable).
Ada tiga jenis hubungan antar variabel (Hagul, Maning dan Singarimbun dalam Singarimbun dan Effendi,1989), yaitu:
a. Hubungan Simetris
Variabel-variabel dikatakan mempunyai hubungan simetris apabila variabel yang satu tidak disebabkan atau dipengaruhi oleh yang lainnya. Terdapat empat kelompok hubungan simetris:
- Kedua variabel merupakan indikator sebuah konsep. Jumlah anak lahir hidup dan tingkat kelahiran kasar (crude birth rate) adalah dua indikator dari konsep fertilitas.
- Kedua variabel merupakan akibat dari suatu faktor yang sama. Pada suatu negara, meningkatnya pelayanan kesehatan dibarengi pula dengan bertambahnya jumlah pesawat udara. Kedua variabel tidak saling mempengaruhi, tetapi keduanya merupakan akibat dari peningkatan pendapatan.
- Kedua variabel saling berkaitan secara fungsional, dimana satu berada yang lainnya pun pasti di sana. Di mana ada guru di sana ada murid, di mana ada majikan di sana ada buruh.
- Hubungan yang kebetulan semata-mata. Seorang bayi ditimbang lalu meninggal keesokan harinya. Berdasarkan kepercayaan, kedua peristiwa dapat dianggap berkaitan tetapi dalam penelitian empiris tidak dapat disimpulkan bahwa bayi tersebut meninggal karena ditimbang.
b. Hubungan Timbal Balik
Dalam hubungan timbal balik, variabel yang satu dapat menjadi sebab dan sekaligus akibat dari variabel yang lain. Maksudnya, apabila pada suatu waktu variabel X mempengaruhi variabel Y, pada waktu lainnya variabel Y mempengaruhi variabel X. Dengan demikian, variabel terpengaruh dapat pula menjadi variabel pengaruh pada waktu lain.
c. Hubungan Asimetris
Inti pokok analisa-analisa sosial terdapat dalam hubungan asimetris, di mana satu variabel mempengaruhi variabel yang lainnya. Berikut ini dijelaskan enam tipe hubungan asimetris:
- Hubungan antara stimulus dan respons. Hubungan seperti ini merupakan salah satu tipe hubungan kausal dan umumnya diteliti dalam ilmu-ilmu eksakta maupun perilaku. Misalnya penelitian tentang pengaruh motivasi terhadap prestasi.
- Hubungan antara disposisi dan respon. Disposisi diartikan sebagai kecenderungan untuk menunjukkan respons tertentu dalam situasi terentu. Disposisi atau kecenderungan “ada” pada diri seeorang misalnya sikap, kebiasaan,kemauan, dorongan dan sebagainya. Respons sering diukur dengan mengamati perilaku yang nampak. Penelitian jenis ini terdapat pada penelitian sikap atau perilaku, misalnya hubungan antara persepsi dan aspirasi mahasiswa psikologi tentang profesi psikolog terhadap prestasi belajar pada mata kuliah keahlian.
- Hubungan antara ciri individu dan disposisi atau tingkah laku.Ciri individu dimaksudkan adalah sifat individu yang relatif tidak berubah dan tidak dipengaruhi lingkungan seperti jenis kelamin, suku bangsa, kebangsaan, pendidikan dan sebagainya.
- Hubungan antara prakondisi yang perlu dengan akibat tertentu. Hubungan jenis ini sering dilakukan dalam penelitian eksperimen murni dimana melihat suatu prekondisi dari suatu gejala dengan akibat-akibat yang dapat dimunculkan.
- Hubungan yang imanen antara dua variabel. Dalam hubungan tersebut, kedua variabel terjalin satu sama lain; apabila variabel yang satu berubah maka variabel yang lain akan ikut berubah.
- Hubungan antara tujuan (ends) dan cara (means). Sebagai contoh adalah studi yang meneliti hubungan antara kerja keras dan keberhasilan, jumlah jam belajar dengan nilai ujian yang diperoleh, atau besarnya penanaman modal dan keuntungan.
Post a Comment
Post a Comment